#TalesFromAsia: Best Job Ever?

Hey, Guys!

Jarak antar postingan gue semakin lama semakin panjang, ya. Kali ini gue nggak punya alasan yang bagus selain malas, hehe. Sekarang aja gue semangat nulis lagi soalnya lagi “rapihin” personal branding karena mau ikut kompetisi yang cukup bergengsi. Dasar aku. Tapi, mohon doanya ya teman-teman.

Oke. Di post kedua ini gue mau cerita tentang gimana sih, kerja sebagai volunteer di Asian Games 2018? Cerita mengenai gimana caranya gue bisa jadi volunteer udah dibahas di post sebelumnya. Jangan lupa baca ya!

Dari waktu training, kita udah dikasih tau kalau maksimal hari kerjanya itu 18 hari. Awal bulan Agustus gue masih ada UAS untuk dua mata kuliah yang gue ambil di semester pendek. Sarah yang juga bertugas di Athlete Village mulai lebih cepat seminggu dari gue. Gue mulai kerja pas tanggal 18 Agustus, di mana opening ceremony baru akan dimulai. Gue datang ke Athlete Village C2 disertai dengan ditilang polisi dulu karena lupa ganjil-genap. Ck. Setelah sampai tempatnya, nothing special lah ya, karena waktu training kita juga udah keliling-keliling.

Hari pertama itu diawali dengan briefing dengan Kak Bimo. Ternyata banyak banget yang udah mulai duluan seminggu sebelumnya. Gue jadi kayak orang baru. Akhirnya gue merapat aja ke orang-orang yang juga baru mulai hari itu. Di hari pertama itu, kita dikasih semacam jurnal untuk presensi dan evaluasi. Jadi, sistem presensinya ada tiga. Ada jurnal, presensi manual dengan tanda tangan di kertas, dan terakhir presensi dengan cara scan barcode saat kita mulai bertugas dan mengakhiri tugas. Belakangan gue baru tahu kalau ternyata yang penting itu yang jurnalnya aja, guys. WKWK. Karena yang dikumpulin untuk menerima allowance ya memang yang di jurnal itu. Tapi gapapa lah, namanya juga untuk backingan.

Setelah briefing, kita mulai kerja. Oh iya, di C2 gue ambil shift 2 yang mulai pukul 15.00 sampai dengan 23.00. Karena kita mulai kerjanya jam 3 sore, jadi belum terlalu banyak orang. Sekitar jam 5 sore baru deh para panitia pelaksana pulang. Ternyata AV C2 itu sepi banget huhu awal bertugas gue sempat sangat sangat kecewa dan bertanya-tanya, kenapa sih gue nggak ditempatin di AV D10? Tau nggak, di C2 tugasnya itu dirolling 2-3 jam sekali. Ada yang di pintu masuk tempat bus berdatangan, di Tower yang nggak ada orangnya kalau siang, dan di pos satpam atau di antara tower yang kalau malam angin lautnya terasa banget.

Posisi favorit gue di C2 adalah di pintu depan atau tempat tayo-tayo berlabuh, karena di situ doang yang nggak gabut. Di sana gue bisa ngeliatin anak-anak transport bawa para atlet dan NOC dari negara antah berantah. Gue jadi mikir, kalau gitu mending gue jadi anak transport nggak sih? Seenggaknya mereka bisa ketemu para atlet dan merasakan hype Asian Games yang sesungguhnya. Hiburan pertama kali datang pas menjelang magrib, ada panpel yang lagi jogging. Cewek-cewek langsung pada bersemangat karena akhirnyaa ada yang bisa buat cuci mata juga di C2 HAHA. Di suatu malam juga kita pernah ngobrol sama dua orang panpel yang ramah banget, yang satu mirip Syed Saddiq malah. Tapi gue lupa nanya mereka dari cabor apa. Hiburan lainnya datang ketika banyak atlet-atlet yang nyasar ke C2. Karena namanya sama-sama Athlete Village, banyak Grab yang ngedrop mereka di C2, bukan D10. Uh, di situ gue menjadi sangat sangat bersemangat! Gue dengan senang hati dan penuh keramahtamahan nanyain apa masalahnya dan pesenin mereka Grab. Lumayan, pernah ada yang dari Afghanistan, Arab Saudi, dan Chinese-Taipei.

Gue udah bertugas di C2 sekitar tiga hari, ketiga kesempatan emas itu datang! Kak Bimo kabarin kita kalau D10 butuh tambahan beberapa orang dari C2. OMG, gue langsung semangat banget! Pokoknya gue harus termasuk salah satu dari 40 orang yang akan pindah itu! Mulailah gue WA koor gue itu dengan iming-iming gue lancar berbahasa Inggris dan gimmick-gimmick lainnya HAHA. Oh, anything you’ll do to get away from here. Karena gue tau, 120 orang yang bertugas di C2 tentunya mau cabut dan pindah ke D10 semua. Di hari keempat, tepatnya tanggal 21 Agustus 2018 malam harinya, kabar gembira itu datang. Gue dan keempat teman-teman dekat gue bisa pindah ke D10! WOHOO! Gila, gue mau salto saking senangnya. Duh, emang lebay sih. AnaK d10 mANa nGaRt1!!!1! Sumpah ya, kalau kalian pernah merasakan bertugas di C2 kalian akan mengerti, guys. Malam itu gue pulang dengan senyum yang terus merekah.

Keesokan harinya, tanggal 22 Agustus 2018, bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha, gue secara resmi akan transfer ke D10! Anak-anak yang pindah disuruh ngumpul dulu di C2 jam 12 siang. Karena sebelumnya baru sampai rumah jam setengah 1 pagi, setelah salat Ied gue lanjut tidur lagi dan bangun jam 10. Hari terakhir di C2, Kak Bimo ngasih wejangan-wejangan yang intinya jangan macam-macam di D10. Karena di sana kita bakal jadi image orang Indonesia, beda dengan di C2 yang isinya orang Indonesia juga. Dan jangan sampai kita bikin repot koor di sana.

Sekitar jam 1 siang, kita naik bus menuju D10. Rasanya udah kayak karya wisata! Sampai di D10 yang cuma berjarak beberapa menit itu, gue terkesima. Selain karena towernya banyak (ada 7), setiap tower itu dihiasi berbagai bendera dari macam-macam negara! Gimana gue nggak mau jumpalitan? Rekor terbesar dipegang oleh Qatar yang benderanya menjuntai dari lantai 26 sampai lantai 4. Gue juga super amazed dengan sistem keamanannya yang udah kayak di bandara.

Sampai di sana, kita disambut koor-koor yang pernah gue temui semasa training sebelumnya. Gue berasa masuk Winter Wonderland minus winternya. Menyenangkan banget! Di tengah ada Amphitheatre yang kalau malam dipakai buat panggung. Kita ditempatkan di berbagai tower. Gue kebagian Tower 5 bersama Kak Rianty, Susana, dan Kak Ridha yang belakangan sangat amat gue syukuri. Koor gue namanya Kak Ryan yang yaa cukup baik untuk memberikan kita tur singkat sekeliling Tower 5. Gue pilih shift pagi, jam 6, yang kemudian gue sesali HEHE.

Setelah resmi masuk Grup WA, ternyata ada yang minta tukeran ke shift pagi. Langsung aja gue WA dia. Namanya Kak Risty. Akhirnya besoknya gue masuk shift siang yang mulai pukul 12 siang. Di hari pertama, gue bertugas di Game Center. Inilah asyiknya D10, gue berpikir. Di Game Center ada meja billiard dan tenis meja yang masing-masing berjumlah empat buah. Tugas kita sebagai volunteer adalah jaga di meja pendaftaran. Jadi, siapapun yang mau main (cuma boleh atlet dan NOC-nya sih) harus daftar ke kita. Durasinya itu 1 jam untuk billiard dan 30 menit untuk tenis meja. Di Game Center inilah gue bertemu dengan Fayzulla Alimov, atlet anggar asal Uzbekistan. More on this later! Karena cerita tentang dia dibikin 12 jilid juga belum kelar 😀

Di D10 itu ada pembagian tugasnya juga. Ada di Game Center, NOC Office, Lobby, Accreditation, Security, dan sebagainya. Gue udah pernah merasakan semuanya. Gue ganti-gantian aja tuh sama temen-temen yang lain untuk tukeran shift pagi dan siang. Bagian favorit gue dari Athlete Village D10 adalah Amphitheatre! Gue udah bilang sebelumnya kalau malam tempat ini berubah jadi panggung dadakan! Di situlah gue baru merasakan suasana Asian Games yang sesungguhnya. Bisa bonding dengan teman-teman volunteer dan atlet dan NOC dari berbagai negara itu sungguh tak tergambarkan rasanya. Kadang-kadang di panggung itu ada penyanyi dangdut, pernah juga anak SMA tampil nari saman. Yang paling ditunggu tentunya para atlet dan volunteer yang berlomba-lomba menampilkan bakat seni mereka WKWK.

Photo 27-08-18 20.44.42

Segitu dulu aja cerita tentang gimana kerjaan gue selama kerja sebagai volunteer Asian Games. Gabut? Pastinya HAHA. Tapi it’s not always rainbow and butterfly kok guys karena kita juga harus selalu siap dan sigap kalau ada yang membutuhkan. Di post selanjutnya, gue akan cerita tentang orang-orang yang bikin kangen, yaitu semua orang yang gue temui semasa Asian Games ini! Yuk guys kita ketemuan!

Leave a comment